Dalam sepakbola dikenal istilah playmaker, pengatur serangan yang biasanya berposisi tepat di belakang striker. Untuk sebagian besar pola menyerang, playmaker juga berperan sebagai second striker, penyerang kedua. Jadi seorang playmaker harus mempunyai kreatifitas dan set piece yang baik, kemampuan membaca serangan, menyuplai bola sekaligus naluri mencetak gol. Pada pola 4-3-1-2 atau 3-4-1-2, ada seorang playmaker yang berdiri di belakang dua striker.

Namun klub seperti Real Madrid ternyata sanggup memainkan 3 playmaker sekaligus. Luis Figo, Zinedine Zidane dan Raul Gonzales berperan mendampingi tombak utama (Guti, Ronaldo atau Morientes). Dan, sukses. Atau AC Milan yang memasang 4 pemain yang biasanya bertugas sebagai playmaker secara bersamaan, walaupun pada posisi baru yang berbeda dengan sebelumnya, untuk menunjang pola 4-3-1-2. Ada Andrea Pirlo yang bermain sebagai jangkar di depan 4 defender, Clarence Seedorf di sayap kanan, Rui Costa sebagai second striker dan Rivaldo di lini depan. Hasilnya : sukses (paling gak sejauh ini mereka menjadi capolista, walaupun hanya untuk sementara, karena saya yakin puncak klasemen cuma milik Internazionale :P).

Well, kembali ke soal playmaker… saat ini Inter cenderung menggunakan pola 3-4-1-2 yang jelas-jelas membutuhkan seorang playmaker. Inter punya Alvaro Recoba dan Domenico Morfeo yang sejatinya merupakan attacking midfielder (left/center). Tentu saja mereka tidak pernah bisa maksimal di posisi playmaker. Faktanya, Inter jadi melempem, tidak segarang musim lalu saat memainkan pola 4-4-2 dengan dua winger yang akseleratif (Recoba dan Conceicao).

Mungkin naluri Mr. Cuper lebih benar dengan memasang pakem 3-4-1-2, lawan tidak akan mudah mengenal gaya permainan Inter yang berubah-ubah. Namun Super Cuper harusnya sadar, di antara pemain-pemainnya tidak seorang pun yang merupakan playmaker sejati. Pada calciomercato tahap pertama Milan berhasil ‘mencuri’ Rivaldo, GRATIS!. Sementara Inter malah kehilangan Ronnie. Akibatnya, lini depan terkesan tumpul dan mandul. Ironisnya, lini belakang yang selama ini berusaha dibenahi belum mampu menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi seharusnya untuk transfer kedua nanti, Inter lebih fokus untuk menemukan seorang playmaker.

Riquelme mungkin bisa menjadi target. Muda dan berbakat. Apalagi saat ini dia sedang bermasalah dengan Van Gaal, arsitek Barcelona. Alternatif yang lain, Francesco Totti! Berat memang, semua orang tahu Totti adalah Pangeran bagi Roma. Tapi bukan mustahil untuk mendapatkannya. Allessandro Nesta pernah menjadi maskot di Lazio, namun toh berhasil juga digaet Milan. Alasan keuangan? Ok, Inter bisa menunggu sampai Roma benar-benar butuh dana segar untuk kas mereka yang tidak lebih baik daripada Lazio. Awal musim ini Sensi sedikit beruntung karena berhasil keluar dari krisis moneter di klubnya. Tambahan pula, media massa di Italia memberitakan bahwa hubungan Totti dan Capello akhir-akhir ini sedikit memburuk. Ini akan menjadi kesempatan berharga bagi Inter, andai saja manajemen Il Nerrazzuri lebih cerdik dan gesit. Jangan sampai kecolongan lagi. Sayang sekali kalau duet maut Vieri-Crespo harus menjadi impoten gara-gara kurangnya pelayanan dari lini kedua. Pokoknya Inter tidak boleh kecolongan lagi.

Bravo La Beneamata Squadra!
GO! GO! INTER GO!!